Pusat Oleh-oleh "Lestari"

Pusat oleh-oleh khas Pacitan, menyediakan aneka jenis sale, keripik pisang, dodol ketan, keripik kentang dan lain-lain. Informasi pembelian dan pemesanan, hubungi : CV Lestari, Jl SA Tirtoyoso 2 Sirnoboyo Pacitan Telp. (0357) 883485

Friday, December 7, 2007

Sale, Cita Rasa Khas Pacitan (1)

Mentari baru saja menampakkan wajahnya. Udara dingin disertai saputan kabut tipis masih terasa menusuk tulang dan adzan subuh pun baru saja dikundangkan. Suasana sepi yang masih menyelimuti tidak pernah diindahkan. Kedua tangan sibuk memilah pisang yang matang, mengupas lalu dengan sigap mengirisnya menjadi tujuh atau delapan bagian panjang. Sesekali kedua lutut ditekuk untuk menghindari udara dingin pagi itu. Ditemani dua orang pekerjanya, Bu Pri memisahkan pisang hasil kupasan. Yang agak besar, sangat matang dan tidak ada bijinya disisihkan dalam waskom sendiri untuk diolah menjadi sale basah. Pisang yang ukuran kecil dibuat menjadi sale goreng, dan ukuran sedang tapi matang akan disulap menjadi sale kipas.
Itulah keseharian Bu Pri, seorang pemilik usaha industri rumah tangga pembuatan makanan khas sale pisang di Kabupaten Pacitan. Bangun sekitar jam 4.30 pagi, menjalankan kewajibannya sebagai muslim lalu melanjutkan rutinitas mengolah pisang menjadi sale. Mulai dari memilah pisang, mengupas, mengiris hingga menjemurnya di bawah sinar matahari dilakoni hingga jam 8 pagi.
Kesibukan ini berawal dari tahun 1988 silam. Kala itu, stok buah pisang di Pacitan melimpah, namun tidak diimbangi dengan kemampuan olah produksi dan tingkat konsumsi masyarakat yang relatif masih rendah. Pisang yang ditujukan pada khalayak umum ini, hanya dihargai seratus rupiah per sisir atau seribu rupiah tiap tandannya. Hal ini tentu membuat petani pisang menjadi kelabakan. Saat panen pisang tiba, dirinya hanya mendapat sedikit upah sebagai kerja kerasnya selama 6 bulan. Maklum saja, saat itu pisang hanya dibuat menjadi pisang goreng atau pisang rebus. Hasil olahannya, hanya dijual di warung-warung makan atau kantin dekat sekolah. Hingga praktis, tingkat penjualan atau keuntungan tidak mengalami kenaikan atau stagnan.

Inilah yang menggelitik Bu Pri untuk membuat sebuah terobosan baru. Bagaimana mengubah pisang, terutama pisang awak -demikian masyarakat Pacitan menyebut pisang kecil, banyak bijinya, kurang manis, nilai jual sangat rendah namun banyak ditemukan di Pacitan- menjadi makanan olahan dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Jenis pembuatan sale ini memang berbeda dengan produksi sale pisang yang sudah beredar dipasaran. Memang, saat itu di Pacitan sudah banyak ditemukan sale pisang –tanpa digoreng- yang dibungkus dengan daun pisang kering. Tentu saja, kehigienisannya dipertanyakan. Karena banyak pula ditemukan ulat-ulat kecil didalam sale tersebut. Awalnya, ibu dengan empat orang putra ini mengiris satu buah pisang menjadi enam hingga tujuh bagian memanjang. Kemudian dibentuk bulat dengan lobang ditengah dan dijemur. Dicampur dengan tepung dan digoreng hingga kering. Produksi awalnya hanya cukup untuk disetor di dua kantin SDN Sirnoboyo, di desa tempat tinggalnya. Bahkan, dia hanya menjajakan dagangannya seharga 20 rupiah untuk setiap satu bungkus plastik kecilnya. Setiap harinya dirinya hanya mampu membuat sepuluh hingga dua puluh bungkus plastik kecil. Itupun tidak bisa dipastikan dagangannya laku tiap hari. Hingga keesokan paginya, dia harus mengurangi jumlah setorannya untuk menutup setoran kemarin yang masih tersisa.

Photo By Hendri Winarto

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home